Akhir-akhir ini, saya merasakan hidup ini mulai tidak teraturr..
singkat kata, hidup mulai tak nikmat deh!
dalam otak rasanya, "abis ini saya ngapain ya, eh jangan d, mendgn sayta ngelakuin yg laen, eh jangan deh, mendgn yaing itu, eh apa mendgn saya istirahat dulu aja ya,, kyknya bakal lbh efisienn."
Menggila bangett dah, kalau setiap jam harus mikir hal kyk gituu.
Eniwei, di tengah gegap gempita tersebut,saya menyempatkan diri dateng Documentary Days 2009, salah satu acara Badan Otonom Economica FEUI. Bisa ditebak dari nama acaranya pastinya berkisar antata film dokumenter. G emang hobi ntn. Tapi yang ada di bioskopp paling, di luar itu, jujur g butaa! hehe. Tp antara rasa penasaran dan kewajiban, saya akhirnya menonton beberapa film dokumenter yang ternyataa : surprisingly AMAZING!
Film dokumenter, sejauh yang saya tangkap mengambil tema yang biasanya unik dan tentunya merupakan fakta yang terjadi di masyarakat. Yang saya senang adalah bagaimana film-film tersebut mengingatkan kita kepada kenyataan sekitar, yang sering terlupakan oleh publik. Televisi zaman sekarang sibuk dengan isu politik. Sinetron juga menampilkan gemerlap hidup kaum elite. Kalaupun ada yang menampilkan kaum papa, hanya dibahas sekenanya, atau untuk keperluan rating tentunya, yang kadang diragukan juga kebenarannya.
Gejolak film dokumenter bukan isu akhir-akhir ini, buktinya saya terpesona dengan film dokumenter yang berjudul Kepala Sekolah ku Pemulung, yang ternyata pemenang Eagle Awards tahun 2007. Telat banget kann. Walaupun terekspos media, tetap saya pribadi tidak tahu menahu film yang sangat inspiratif ini. Ketika profesi nya sebagai kepala sekolah beliau jalani dengan menjalani profesi lain, yaitu sebagai pemulung, demi menambah pendapatan.
Hal yang menarik adalah ketika dia ditawari keluar dari profesinya sebgai pemulung, namun menjadi guru privat dengan bayaran 1 juta. Beliau menolaknya dengan alasan takut anak didiknya di sekolah tidak kepegang kalau mengajar di dua tempat. Buat apa mengajar, kalo ngasal, beliau mau anak didiknya sampai mengerti. Toh, kaya bukan tujuan hidupnya.
Zaman sekarang ini, masih ada orang yang memilih untuk tidak menjadi kaya?
Padahal sekarang, skripsi, organisasi, lulus kuliah, kerjaan bagus, gaji besar, dan tentunya hidup KAYA adalah inti yang sedang saya kejar.
Banyak film lain yang mengangkat isu-isu yang sangat menarik namun juga sensitif. Seperti Shadow Play yang mengangkat cerita PKI, Tom yang menceritakan kisah anak 11 tahun yang berusaha menghidupi keluarganya, Tales of Jakarta yang merupakan 5 film dokumenter pendek yang menggambarkan kehidupan pedagang kaki lima.
Film-film ini cukup membuat saya tertegun, dan berpikir ulang untuk lebih menikmati hidup.
:)
Thanx God 4 2day.
singkat kata, hidup mulai tak nikmat deh!
dalam otak rasanya, "abis ini saya ngapain ya, eh jangan d, mendgn sayta ngelakuin yg laen, eh jangan deh, mendgn yaing itu, eh apa mendgn saya istirahat dulu aja ya,, kyknya bakal lbh efisienn."
Menggila bangett dah, kalau setiap jam harus mikir hal kyk gituu.
Eniwei, di tengah gegap gempita tersebut,saya menyempatkan diri dateng Documentary Days 2009, salah satu acara Badan Otonom Economica FEUI. Bisa ditebak dari nama acaranya pastinya berkisar antata film dokumenter. G emang hobi ntn. Tapi yang ada di bioskopp paling, di luar itu, jujur g butaa! hehe. Tp antara rasa penasaran dan kewajiban, saya akhirnya menonton beberapa film dokumenter yang ternyataa : surprisingly AMAZING!
Film dokumenter, sejauh yang saya tangkap mengambil tema yang biasanya unik dan tentunya merupakan fakta yang terjadi di masyarakat. Yang saya senang adalah bagaimana film-film tersebut mengingatkan kita kepada kenyataan sekitar, yang sering terlupakan oleh publik. Televisi zaman sekarang sibuk dengan isu politik. Sinetron juga menampilkan gemerlap hidup kaum elite. Kalaupun ada yang menampilkan kaum papa, hanya dibahas sekenanya, atau untuk keperluan rating tentunya, yang kadang diragukan juga kebenarannya.
Gejolak film dokumenter bukan isu akhir-akhir ini, buktinya saya terpesona dengan film dokumenter yang berjudul Kepala Sekolah ku Pemulung, yang ternyata pemenang Eagle Awards tahun 2007. Telat banget kann. Walaupun terekspos media, tetap saya pribadi tidak tahu menahu film yang sangat inspiratif ini. Ketika profesi nya sebagai kepala sekolah beliau jalani dengan menjalani profesi lain, yaitu sebagai pemulung, demi menambah pendapatan.
Hal yang menarik adalah ketika dia ditawari keluar dari profesinya sebgai pemulung, namun menjadi guru privat dengan bayaran 1 juta. Beliau menolaknya dengan alasan takut anak didiknya di sekolah tidak kepegang kalau mengajar di dua tempat. Buat apa mengajar, kalo ngasal, beliau mau anak didiknya sampai mengerti. Toh, kaya bukan tujuan hidupnya.
Zaman sekarang ini, masih ada orang yang memilih untuk tidak menjadi kaya?
Padahal sekarang, skripsi, organisasi, lulus kuliah, kerjaan bagus, gaji besar, dan tentunya hidup KAYA adalah inti yang sedang saya kejar.
Banyak film lain yang mengangkat isu-isu yang sangat menarik namun juga sensitif. Seperti Shadow Play yang mengangkat cerita PKI, Tom yang menceritakan kisah anak 11 tahun yang berusaha menghidupi keluarganya, Tales of Jakarta yang merupakan 5 film dokumenter pendek yang menggambarkan kehidupan pedagang kaki lima.
Film-film ini cukup membuat saya tertegun, dan berpikir ulang untuk lebih menikmati hidup.
:)
Thanx God 4 2day.